Satu bait puisi ini ditulis oleh seorang anak laki-laki yang sedang galau,
"mendung menutup birunya langit
detak suara ngilu kian terdengar ketika kau mulai melangkah menuju semak berduri...
detak suara ngilu kian terdengar ketika kau mulai melangkah menuju semak berduri...
air mata hanya mampu memandang sebatas tikungan jalan, sebelum akhirnya kau menghilang,
mengantarmu dalam rasa yang tak ku mengerti,
hari ini kau adalah ribuan pelita yang mengacokan malam,
yang meninggalkan jejak srigala mengancam garang,
tapi kau hanya tersenyum, menatapku seolah menganggap perpisahan bukan apa-apa,
kau terus melangkah setelah melewati semak itu,
menuju gurun panas.....
kau bahkan tak menyadari mataku mengawasimu menuntunmu menuju kebahagiaan yang pernah tercipta,
kau tetap berlari.....dan terus berlari,
setiap langkahmu adalah luka yang menangis,
setiap langkahmu adalah luka yang menangis,
inikah rasanya diputus cinta ?
Membaca kata putus cinta memang kayaknya naif, ya, Tapi anda tetap membacanya, dalam hati anda mengatakan ini aku banget. Jika benar anda mengatakan begitu, anda adalah manusia, aku tak yakin bukan manusia punya rasa itu.
Dan ketika pada suatu hari pacar anak laki-laki yang hanya dia dunia dan hidup ini menjadi berarti tanpa sebab yang pasti minta putus apa yang dia rasakan, lalu apa artinya hidup ini, jadinya"
Sering perpisahan itu datang bak petir disiang hari, hati terasa hangus hancur berkeping-keping, tak kuasa menahan kepergian walau sedetikpun, ia ingin secepatnya menghilang dari hadapan kita. Ia telah menyusun hal baru yang ia persiapkan sebelum akhirnya mengambil keputusan dan yang ditinggalkan adalah sebaliknya, jangankan persiapan, membayangkannyapun tak pernah. Tak adil, tapi itu yang terjadi.
Kini hidup anak laki-laki itu sudah hampa, gairahpun musnah, nafsu makan, nafsu bermain dan semua keinginan sirna, duduk lemas disudut kamar tak berdaya.
Dan itu adalah sakit. Tapi itu alamiah. Bahkan itu adalah romatika. Tapi juga bisa jadi malapetaka manakala manusia tak mampu menghadapinya.
Penyakit hati itu lebih sakit dari penyakit fisik. Bukannya sering terjadi orang lebih memilih mati bunuh diri karena cinta. Tapi separah apapun sakit fisik tak pernah didapati orang memilih mati bunuh diri karena penyakit.
Tapi tak jarang dari sakit hati orang mencapai kesuksesan.
Wiliem Sakespier pernah mengatakan " Kalau tak putus cinta dia tak mengarang Romeo dan Yuliet "
Jika saatnya hal itu menimpa pada giliran kita, jangan panik dan tak usah juga panggil dukun. Lebih baik peristiwa alamiah hadapi juga dengan alamiah. Caranya? Sebelumnya kita ikuti dulu cerita laki-laki yang sedang galau tadi.
Lalu biarkan itu terjadi. Detik demi detik, jam demi jam dan hari demi hari. Nikmati saja penderitaan.
Dihari yang ke tiga, anak laki- laki itu mulai terasa lapar karena tiga hari tidak makan.
Dia mencoba berhayal menikmati makanan kesukaannya dan itu menarik sekali, lalu pikirannya berubah untuk segera hengkang dari kamar, kali ini hanya satu yang di pikirkan, mencari makan .
Nikmatnya makan, membuat anak laki-laki itu mulai sadar ternyata bahagia itu juga bisa didapatkan dari sebuah perbuatan yang namanya "makan. "
Ditengah asyiknya menikmati makanan, seorang gadis menghampiri, ternyata dia seorang sales yang memberanikan diri menawarkan dagangannya.
Tapi entah ada apa dengan barang yang ditawarkan tiba- tiba menjadi pembicaraan yang mengasikan dan ia pun tenggelam dalam perbincangan yang pada akhirnya terjadi cinta pada pandangan pertama. Dan karena cinta itu indah maka muncul kesadaran selanjutnya " ternyata keindahan itu bukan hanya terdapat pada pacarnya yang begitu kejam meninggalkannya, dan gadis ini bahkan lebih menyenangkan" kata hatinya.
Hari terus berlalu, keakraban dengan sales itu telah berkembang menjadi cinta.
Dan merekapun jalan-jalan kesebuah tempat yang indah, sebuah air terjun di daerah Purwokerto yaitu Air Terjun Gomblang.
Dan saat kembali ditanya, masihkah sakit di putus cinta?
Dia bilang ' Sudah Lupa"
Dia bilang ' Sudah Lupa"
Dan kini baru yang sadar penulisnya, setelah panjang lebar cerita ternyata kesimpulannya teramat sederhana, sudah begitu klasik, lagi. Putus Cinta Cari Lagi.
0 comments:
Post a Comment