Sunday, May 14, 2017

Anak-Anak Kecil Polos Ini Khotmil Qur'an




Lereng Gunung Slamet, Rabuk Baseh ,6 Mei 2017

Anak-anak balita polos itu melantunkan ayat-ayat Illahi dengan ejaan huruf 'r' yang belum fasih dalam acara Khotmil Qur'an TPQ Madrasah Dhiniyah Allmutaqien Shidiq Rabuk, Baseh Kedungbanteng Banyumas. Kepala Madrasyah, Abdullah Masykur memandu sendiri acara tersebut disaksikan semua wali murid sebagai orang tua yang dengan haru dan menitikan air mata menyaksikan anaknya sudah pandai membaca All-Qur'an yang sebelumnya tak pernah didapat dirumahnya.

Sebuah kampung yang terdampar di lereng Gunung Slamet, tak lagi sunyi. Bila dibandingkan dekade tahun yang lalu dimana saat itu belum terjangkau listrik dan jalanpun belum beraspal. Kini kampung yang merupakan sebuah dusun bagian dari desa Baseh itu sudah ramai. Jaringan listrik yang sudah dapat dinikmati dan infrastruktur jalan yang sudah beraspal dari jenis hotmik selebar 6 meter telah merubah suasana dusun menjadi tidak kalah dengan suasana kota. Lampu-lampu dengan terang menerangi setiap sudut dusun. Kendaraan hilir mudik silih berganti. Begitu mudahnya penduduk dusun itu bepergian ke kota dan penduduk kota yang datang ke desa semakin menipiskan batas antara orang kota dengan orang desa.

Dulu, orang dusun sering dicap oleh orang kota (penduduk kota) sebagai warga kampungan, sekarang cap itu sudah tak ada lagi. Sekarang banyak orang dusun yang sudah perpengalaman, berpendidikan tinggi dan mengenal kebudayaan yang tidak kalah dengan orang kota, bahkan ada yang melebihi.

Tingkat kemajuanpun tidak lepas dari dampak posirif dan negatif. Antenar kota yang banyak berdatangan ke desa tidak jarang membawa pengaruh pada penduduk desa yang sebelumnya lugu menjadi bertingkah kekota-kotaan, mereka terkontaminasi adat perkotaan yang sebetulnya menurut tatanan adat kampung sudah melanggar. Orang desa yang dibungkus oleh norma-norma kedesaan seakan terkoyak. Semua itu karena jangkauan informasi yang mudah dijangkau jarak yang jauh bukan hambatan untuk meresap.

Anak desa banyak yang sudah tidak lugu lagi, satu demi satu terbawa arus oleh majunya jaman. Pembangunan desa yang digalakan, sering salah sasaran.

Sebuah pembenaha perlu dilakukan. Anak-anak harus dididik dengan baik agar tidak terjerumus dalam kesesatan.

Dalam rangka itu semua, pendidikan keagamaan sebagai penyelaras akhlak yang terpenting harus digalakan. Sebuah sekolah yang mempelajari tuntunan agamapun didirikan. Seperti berdirinya sebuah Taman Pendidikan Alqur'an (TPQ)  yang setiap tahunnya menghasilkan anak-anak yang mengerti tuntunan daripada tontonan.  Seperti pada malam ini, Malam Khotmil  Qur'an, Madrashah Almutaqim Sidik.

Yang menarik perhatian dari acara ini adalah khotmil Quran dengan pesertanya merupakan anak-anak balita. Dengan suara kecilnya mereka melantunkan ayat-ayat suci atau khataman.

Mungkin hanya ini satu-satunya harapan di jaman kemajuan dahsyat ini generasi mendatang untuk tetap punya akhlak.                             

Tak terlepas dari itu semua kita diingatkan dimana sebagai Kepala Madrasyah, Bpk. Masykur yang dibantu oleh beberapa tenaga pengajar yang semua dalam kebijaksanaanya tak jarang sering dilihat sebelah mata, meski ada peraturan sejumlah pembayaran demi operasional, sering hal itu tidak dilakukan, tapi dia tetap tegar. Dia yakin jalan lain masih ada ,bahkan iapun tetap memberi honor kepada guru-guru pengajar dibawah pimpinannya tanpa mengandalkan uang yang dibayarkan dari murid-muridnya.

Pada suatu ketika ia mendapati murid yang tidak mampu, dan katanya " Kalau kamu tidak punya uang teruslah belajar di Madrasyah ini, jangan berhenti, jangan pikirkan soal bayaran itu"

Dia memang bukan malaikat yang tanpa kesalahan tapi apa yang dibuktiakan dalam acara Khotmil Qur'an itu setidaknya orang  tua mereka jadi sadar, bahwa bisa jadi merekalah yang akan menyelamatkan kita di akhirat nanti, karena hidup yang didasari agama sejak dini, meski hidup dalam banyak kekeliruan pada akhirnya setelah tua akan kembali kejalan agama." Katanya juga dalam sambutannya selaku Pengasuh Madrasyah.

Tuesday, May 2, 2017

Indahnya Lereng Gunung Slamet Iring Selatan


Dulu daerah ini hutan belantara. Namun tak jauh dari daerah itu ada juga perkampungan yang sangat terisolir. Satu diantaranya kampung Cibun, namanya. Tak ada akses jalan untuk kendaraan, juga jaringan listrik. Mereka juga terkurung oleh sungai Logawa yang airnya mengalir deras dan penuh batu.Tak mudah untuk menyeberangnya. Jika harus menyeberang , mereka hanya bisa melakukannya dengan merangkai batang bambu yang disusun dan dikaitkan dari tepi sungai ketepi sungai yang lain dengan sangat sederhana dan penuh resiko. Tak jarang orang harus kehilangan nyawa karena hanyut.

Keindahan  dan keasrian lereng gunung dan penduduk kampung yang bersahaja terlewatkan begitu saja. Keindahan itu terus tersembunyi dari waktu ke waktu, sampai pada suatu ketika kisah haru terjadi.

Penduduk desa yang lugu bahkan sekolah sd saja banyak yang tidak tamat, tapi kesadarannya melebihi dari profesor menurutku. Bayangkan, dengan kebersamaan dan kekompakan yang manis mereka rela urunan (mengumpulkan) uang dari harta pribadinya dan setelah terkumpul uang itu dibelikannya tanah sejauh dari kampung mereka tinggal menuju jalan raya yang berada di desa lain, sebelum mereka kemudian dengan gotong royong membangun jalan tersebut berikut jembatannya.

Hasil jerih payah merekapun tak sia-sia. Jalan yang membentang dan jembata gantung berwarna merah anggun itupun benar-benar tercipta.Seakan peristiwa itu titik awal bagi mereka mengenal dunia luar dan sebaliknya adalah titik awal dunia luar mengenal mereka.

Itu dulu sejarahnya. Tapi kini kampung itu sudah layaknya lokawisata dan lampu -lampu penerangan listri seperti cahaya lampu divila-vila bila dilihat ketika malam dari kampung seberang, Rabuk

Perkembangan jaman terus mengubah keadaan hingga sekarang. Indahnya lereng Gunung Slamet yang sekian lama seakan tetutup awan kini lebar tersibak. Sebuah jalan raya selebar 6 meter kini telah dibangun melewatinya. Anda bisa dengan mudah berkeliling kesana, berangkat dari kota Purwokerto lewat Karang Lewas lalu masuk desa Sunyalangu. Dari situlah petualangan anda dimulai.

Tak jauh dari kampung Cibun, anda akan memasuki sebuah daerah yang namanya Pondok Rau,sebuah dataran yang bertanamkan pohon-pohan pinus yang rindang. Rasakan sejuknya oleh hempasan angin spoi-spoi. Disitu tak ada polusi. Melihat keatas barat nampak gunung Cokol yang tak lagi keluar asapnya. Melihat ke selatan bawah tampak kota Purwokerto dengan cahaya lampu-lampunya bagaikan bintang-bintang dilangit bagian bawah bila dilihat dimalam hari. Disitu juga bagus untuk bercamping.

Teruslah perjalanan, akan terlewati sebuah sungai yang namanya Kali Arus, lalu masuk daerah namanya Batulaya. Disitu ada sebuah Tabet atau sebuah makam keramat, disitu kadang dijumpai orang bersemedi dengan didepannya tergeletak dupa dengan mulut komat kamit entah apa yang ia baca atau anda juga bisa bergabung jika anda tahu akan hal-hal begituan, tapi tentunya jangan lupa minta ijin dulu sama pak kunci Pak Sobari ,namanya.

Turun sedikit tak jauh masuk desa Semaya.lalu masuk Mount of Fun sebuah lokawisata, disitulah gunung dimana anda bisa bersenang-senang sesuai dengan namanya.

Kolam renang air hulu sungai Logawa yang jernih lengkap dengan perosotannya anda bisa meluncur dan tejun dengan gembira. Jika anda lapar , anda bisa singgah disatu-satunya warung yang ada ditempat itu dengan menu lokalnya seperti, mendoan, sega lemeng, minumannya kelapa muda dan bedeg, semuanya diambil dari alam murni.

Setlah cukup beristirahat, meskipun lumayan jauh, tak lengkap rasanya jika anda tidak singgah juga ketempat ini.yaitu air terjun yang sangat indah Curug Gomblang, namanya. Yang beda dari keindahan air terjun ini dibanding dengan tempat lainnya adalah airnya yang jatuh menukik hingga menghempaskan daun-daun pepohonan membuatnya mereka selalu bergerak-gerak seakan melambaikan tangan menyapa. Jika anda tidak membawa jaket tebal anda bisa membuat perapian disini karena biasanya penjaga sudah menyediakan kayu bakar sebagai suluhnya. Memutar saja melingkari perapian menyanyi sambil bertepuk tangan, hingga haripun semakin senja dan matahari mulai tenggelam diatas bukit.

Jangan kewatir, meski hari beranjak malam, perjalanan anda akan berakhir disebuah lokawisata bertarap internasional, disitulah Baturaden tempat hotel-hotel berbintang dan segala fasilitas untuk menginap untuk kemudian berangkat pulang keesokan harinya.

Begitu sekelumit cerita tentang Gunung Slamet Iring Selatan. Sebetulnya masih banyak singgahan lain yang tak kalah menarik, tapi belum bisa kuceritakan sekarang, mungkin lain kali, tunggu saja cerita berikutnya, ikuti saya, ya !  Salam.